Senin, 13 April 2009

WIMAX LOKAL Tuan Rumah di Negeri Sendiri


Potensi Indonesia masih besar di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Banyak hasil karya berupa software, desain, animasi dan lainnya dijual ke luar negeri. Tidak ketinggalan juga mengenai penerapan teknologi generasi mendatang seperti WIMAX.


Beberapa negara lain memang sudah lebih dulu mengaplikasikan. Untuk urusan ini, bangsa kita memang ketinggalan. Indonesia sampai saat ini masih belum resmi menerapkan WIMAX karena regulasi masih belum diresmikan. Meskipun begitu, bukan berarti kita tinggal diam hanya menunggu keluarnya regulasi WIMAX. Buktinya, saat ini saja sudah ada dua perusahaan yang mengembangkan teknologi tersebut.

HIMAX 231
Harif DTE meluncurkan WIMAX yang diberi nama HIMAX 231 pada Pebruari 2008. HIMAX 231 dikembangkan menggunakan standard IEEE 802.16-2004 untuk aplikasi Fix dan Nomadic. Produk ini bekerja pada frekwensi 2,3 GHz yang dibuat khusus untuk penggunaan di daerah dengan kepadatan penduduk rendah, sehingga sesuai untuk komunikasi pedesaan dan implementasi jaringan USO (Universal Service Obligation).

Ada sedikit perbedaan standard antara HIMAX 231 dengan WIMAX Forum. Standard pada HIMAX 231 adalah IEEE 802.16-2004 dan di WIMAX Forum adalah IEEE 802.16-2005. Khawatirnya, jika standard yang dipakai seperti pada HIMAX 231, maka skala ekonomis sulit tercapai. Karena pasar yang dituju hanya terbatas di Indonesia dan beberapa negara di Asia
Tenggara. Terminal (subcriber station) pun pilihannya tidak banyak karena vendor global kebanyakan mengembangkan device di standard 802.16e (2005). Tapi itu adalah HIMAX versi yang dikembangkan sekarang. Masih dimungkinkan nantinya akan menghadirkan HIMAX yang sesuai standard WIMAX Forum.

TRG Indonesia Tower
Technology Research Group (TRG) Research Center meluncurkan hasil pengembangan teknologi pita lebar (broadband) yang dinamai TRG WIMAX pada 29 April 2008. Hasil percobaan dengan video conference menghasilkan suara jernih dan gambar jelas tidak terputus membuktikan kualitasnya yang sangat prima. Kecepatan transfer data yang mampu dihantarkan WIMAX tersebut mencapai 24 Mega Bit per detik (MBps) pada frekwensi 2,3 GHz. Agar tidak bergantung ke vendor asing, produksi perangkat TRG WIMAX menggunakan software sepenuhnya buatan dalam negeri kecuali chipset yang masih harus diimpor.

Setelah sekian lama industri teknologi telekomunikasi nasional seakan tidak ada perkembangan berarti. Akses internet berkecepatan tinggi yang berbiaya murah sudah semakin menjadi kenyataan. Kandungan lokal pada industri inipun diharapkan akan semakin meningkat. Harapan ke depan tentu, perekonomian Indonesia akan semakin menguat tanpa perlu bergantung kepada asing. Meskipun terlambat, semoga saja WIMAX segera diimplementasikan dan kita juga menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Disadur dari Majalah Indonesia Techlife, my tech, my life, my style hal.43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar